Rabu, 28 November 2012

CASPER DAN TAFSIR AGAMA

Casper adalah hantu yang ditakuti orang dewasa tapi disukai anak kecil karena sikapnya yang ramah, bersahabat dan suka membantu orang kesusahan. Alkisah diceritakan bahwa suatu waktu sebuah kerajaan di lingkupi kesedihan mendalam karena seorang putri yang disayangi raja diambil oleh Naga untuk dijadikan santapan makannya. Meski gelisah sang putri diambil Naga, sang Raja tampaknya tidak bisa berbuat apa-apa karena dirinya sendiri adalah seorang penakut. Tiba-tiba datang hantu Casper menawarkan bantuan kepada sang Raja agar ia bisa menjadi pemberani dan bisa membebaskan putrinya dari cengkraman sang Naga. Pada mulanya sang Raja merasa takut dengan kehadiran hantu tersebut. Tetapi, berkat sikap Casper yang bersahabat, akhirnya sang raja itu mau menerima tawaran bantuannya. Kemudian Casper melatih Raja itu menjadi berani melawan Naga untuk membebaskan putri kesangannya. Suatu hari raja dan hantu Casper ini berangkat untuk membebaskan sang putri dari cengkraman sang Naga. Pertama kali Casper melakukan tipu muslihat, yaitu memancing sang Naga agar mengejar dirinya, sementara sang Raja akan membebaskan sang putri. Sang Naga lalu mengejar hantu Casper untuk dijadikan santapan makannya juga. Tetapi, sang Naga kemudian menyadari bahwa ini adalah jebakan dan siasat untuk membebaskan sang putri. Kemudian Naga itu berbalik arah mengejar Raja dan putri yang telah berhasil meloloskannya. Casper tidak tinggal diam. Setiap Raja menghadapi masalah, Casper selalu memberikan jalan keluarnya. Pada suatu tempat di ujung sungai besar, sang Raja beserta putrinya merasa kebingungan karena tidak ada lagi jalan untuk melarikan diri, sementara sang Naga terus mendekat. Casper mengetahui bahwa kelemahan sang Naga adalah air. Sebab semburan api dari mulutnya tidak akan berarti kalau disemburkan pada air. Lalu Casper menasehati sang Raja dan putrinya untuk menenggelamkan diri ke dalam sungai. Sang Naga tampaknya merasa kebingungan dan akhirnya kembali ke sarangnya. Sang Raja dan sang putri lalu dapat membebaskan dari kejaran Naga dan kembali ke istana. Rasa terima kasih dari keduanya disampaikan kepada Casper, dan seterusnya Casper sangat bersahabat dengan sang putri. Kini giliran sang Raja yang punya inisiatif untuk membunuh sang Naga agar tidak lagi banyak rakyatnya yang menjadi korban. Pasukannya pun disiapkan untuk membumihanguskan tempat sang Naga. Tetapi, belum sampai menyerang, Casper menasehati sang Raja untuk tidak menganiaya sang Naga dengan jalan membunuhnya. Casper mengusulkan jalan keluar agar tidak lagi banyak korban dengan tanpa mengorbankan sang Naga. Sang Raja merasa bingung, bagaimana menyelamatkan orang banyak tanpa mengorbankan sang Naga? Lalu Casper berkata: begini Tuan: kita ganti makanan sang Naga dengan buah-buahan. Sejak saat itu, setiap sang Naga kelihatan lapar, maka sang Raja menyuguhkan makanan buah-buahan. Akhirnya sang Naga terbiasa dengan makanan-makanan itu dan seterusnya tidak lagi memakan manusia sebagai mangsanya. Akhirnya juga, sang Naga menjadi teman yang bersabat bersama Casper dan hidup dalam kedamaian dengan sang Raja dan sang putri. Pelajaran apa yang bisa diambil dari cerita hantu Casper tersebut.? Saya kira Casper memberikan teladan yang baik kepada kita untuk menyelamatkan penderitaan tanpa ada yang dikorbankan, meskipun di pihak musuh; menghilangkan kekerasan tanpa kekerasan; dan menghindarkan penindasan tanpa harus menindas. Teladan Casper ini, saya kira sangat penting dalam kehidupan keagamaan, khususnya dalam pengembangan tafsir agama yang ramah, sejuk dan menumbuhkan asmosfir kedamaian. *** Selama ini tafsir agama lebih banyak menggunakan pendekatan individual, yaitu tafsir di arahkan untuk membenci dan mengecam individu, kelompok atau komunitas tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan pesan dan ajaran agama yang ditafsirkan. Penafsiran individual semacam ini, pada akhirnya bukan menyelesaikan masalah-masalah sosial, melainkan melahirkan persoalan baru dalam bentuk “tafsir kebencian” yang selalu berujung pada kekerasan dalam agama. Tafsir individual semacam ini ibarat menyelamatkan rakyat dari seekor naga yang selalu memakan penduduk setempat dengan membunuh naga tersebut, tanpa mempertanyakan kenapa naga itu suka memakan manusia. Atau seperti menyelamatkan bayi yang terapung di sungai setiap hari, tanpa mempertanyakan kenapa ada orang tega membuang bayi. Oleh karena itu, tafsir agama perlu digeser dari pendekatan individual kepada pendekatan struktural. Pendekatan struktural, lebih melihat agama sebagai basis hermeneutis dan etis dalam merespons persoalan-persoalan sosial dan kemanusiaan. Artinya, tafsir atas agama lebih di arahkan untuk membaca akar persoalan di balik fenomena-fenomena penyimpangan sosial (dimensi hermeneutis)—bukan mengecam kelompok tertentu yang menyimpang—dan kemudian melakukan pembebasan atas struktur sosial yang menyimpang tersebut (dimensi etis). Misalnya, mempertanyakan kenapa terjadi komunitas-komunitas tertentu yang menyimpang, atau kenapa terjadi praktek diskriminasi hukum, ketidakadilan dan penindasan. Semua itu, dicari sebab-sebab dan akar persoalannya, hingga menemukan konstruks yang dapat menggambarkan peta situasi dan sosok sosialnya yang jelas, untuk kemudian dilakukan perubahan. Dengan demikian, melalui pendekatan struktural ini, falsafah tafsir yang diperkenalkan adalah tidak lagi menafsirkan agama untuk mengecam atau memaki-maki orang yang bersalah, apalagi untuk melegitimasi kekerasan terhadap mereka, melainkan menfsirkan agama untuk melakukan perubahan dengan menciptakan struktur sosial yang berkeadilan. Suatu falsafah tafsir agama untuk melawan kekerasan tanpa kekerasan dan melawan penindasan tanpa penindasan. Wallahu a'lam.